Samin : Kekayaan di balik Hutan Blora
Nama : Kevin Sean Hans Lopulalan
NIM : 16020273
Kelompok : 68
Halo, namaku Sean. Pada kesempatan kali ini, aku mau berbagi nih sedikit informasi mengenai salah satu suku di dekat kota asalku, Blora. Suku ini adalah Suku Samin. Mereka tinggal di daerah Klopodhuwur, yang berjarak kurang lebih delapan kilometer dari pusat kota Blora.
Sebenarnya siapa sih mereka? Apa yang menjadikan mereka spesial di Jawa ini? Kalau begitu, mari simak pembahasan berikut.
Apa sih Samin itu?
Saminisme adalah sebuah ajaran spiritual dan sosial yang berawal dari Samin Surosentiko di Jawa Tengah Utara pada akhir abad-19 dan awal abad-20. Saminisme menolak pandangan kapitalisme dari kolonial Belanda yang menghendaki untuk membayar pajak secara paksa kepada rakyat Indonesia termasuk yang miskin, serta kebijakannya yang memonopoli hutan lahan hutan, terutama pada lahan yang memiliki hutan jati yang sangat berharga untuk perdagangan.
Kenapa Samin ini bisa ada?
Pada akhir abad 19, Belanda telah menguasai hampir seluruh wilayah Indonesia. Belanda mencari kelimpahan alam yang melimpah pada tanah ini. Salah satunya adalah hutan jati di wilayah Blora-Bojonegoro di bagian tengah utara pulau Jawa. Area ini mengandung persentase tinggi dari hutan jati dibandingkan daerah di Pulau Jawa yang lain. Perlu diketahui bahwa hutan jati memiliki nilai yang sangat tinggi dalam hal perdagangan dikarenakan sifat fisiknya yang kuat untuk bangunan. Dengan alasan itu, Belanda mendeklarasikan bahwa hutan jati menjadi properti milik mereka dan melarang warga lokal untuk mengaksesnya, padahal hutan ini menjadi sumber pokok kehidupan mereka.
Pada tahun 1890-an, Samin Surosentiko, seorang petani di wilayah tersebut, mulai menyebarkan perlawanan damai terhadap otoritas Belanda dengan cara tidak membayar pajak dan tetap untuk mengambil jati dari hutan tersebut untuk kebutuhan mereka. Ajaran ini awalnya berkembang di Klopodhuwur, Blora. Kemudian, seiring berjalannya waktu, pengikut ajaran ini semakin bertambah walaupun Belanda telah mengasingkan Samin Surosentiko. Bahkan setelah Indonesia merdeka, ajaran ini terus dihidupi oleh masyarakat setempat.
Apa aja nih yang mereka ajarkan?
· Agama adalah senjata atau pegangan hidup. Paham Samin tidak membeda-bedakan agama, oleh karena itu orang Samin tidak pernah mengingkari atau membenci agama. Yang penting adalah tabiat dalam hidupnya.
· Jangan mengganggu orang, jangan bertengkar, jangan suka iri hati, dan jangan suka mengambil milik orang.
· Bersikap sabar dan jangan sombong.
· Manusia hidup harus memahami kehidupannya sebab hidup adalah sama dengan roh dan hanya satu, dibawa abadi selamanya. Menurut orang Samin, roh orang yang meninggal tidaklah meninggal, namun hanya menanggalkan pakaiannya.
· Bila berbicara harus bisa menjaga mulut, jujur, dan saling menghormati. Berdagang bagi orang Samin dilarang karena dalam perdagangan terdapat unsur “ketidakjujuran”. Juga tidak boleh menerima sumbangan dalam bentuk uang.
Sekarang aku mau melakukan analisis 3T (tatanan, tuntunan, tontonan) untuk suku Samin ini.
Yang pertama adalah Tatanan.
Samin merupakan salah satu suku dan aliran kepercayaan lokal di Indonesia. Masyarakat ini merupakan salah satu kekayaan yang dimiliki di Indonesia dan sepatutnya dilestarikan. Ajaran ini masiih dihidupi oleh masyarakat Samin di wilayah Klopodhuwur, Blora dan sekitarnya. Adat Samin masih sangat kental dihidupi oleh penduduk setempat dan menciptakan impresi kelokalan bagi warga sekitanya.
Kemudian dilanjutkan dengan Tuntunan.
Saminisme mengajarkan untuk menjadi seorang pribadi yang mendedikasikan diri untuk kebaikan orang lain. Sebagai makhluk sosial, kita harus mempertimbangkan apakah perkataan kita dapat melukai atau menyinggung orang lain. Kita dapat menunjukan kepada orang melalui perkataan dan perbuatan bahwa kita menghargai mereka, dan dengan melakukannya maka mereka juga akan menghargai kita.
Terakhir adalah Tontonan.
Suku Samin memiliki berbagai tradisi dan adat yang berupa artefak. Salah satu contohnya adalah pakaian adat Samin berupa baju lengan panjang tanpa kerah, dan berwarna hitam. Laki-laki memakai ikat kepala. Untuk pakaian wanita bentuknya kebaya lengan panjang, berkain sebatas di bawah tempurung lutut atau di atas mata kaki. Selain itu, mereka juga melakukan upacara dan tradisi seperti perkawinan, nyadran (bersih desa), serta tradisi selamatan yang lainnya yang berkaitan dengan daur hidup seperti kelahiran, kematian, dan sebagainya.
Oke. Jadi demikian penjabaranku mengenai suku Samin. Memang ada banyak hal yang dapat diperoleh dengan mengeksplorasi suku dan adat ini. Namun, perlu diketahui bahwa Indonesia masih memiliki berlimpah suku seperti Samin ini. Sudah menjadi tanggung jawab kita sebagai generasi penerus bangsa ini untuk tetap melestarikan budaya ini supaya nilai-nilai mereka dapat dilestarikan untuk generasi masa depan.
Sekian dari aku, terima kasih.
#Mengbudaya #KATITB2021
Sumber :
Suku Samin, Masyarakat Adat dari Pedalaman Blora yang Memiliki Nilai Luhur (detik.com)
Practicing benevolence, Samin tribe endures scorn — Wed, November 23 2011 — The Jakarta Post
Komunitas Adat Samin — Peta Budaya (kemdikbud.go.id)
THE SAMIN MOVEMENT AND MILLENARISM on JSTOR